BONGKAR ISU #Tabayyun Dong! (2)
Ada yang menarik dengan kalimat yang dituliskan oleh penulis dalam bukunya itu (Dakwah dan Manajemen ISU-Red)
Kalo dari perspektif surat al-hujurat ayat 6 pada kisaga h ini (http://embun-biru-laut.blogspot.com/2013/05/bongkar-isu-tabayyun-dong-1.html) tabayyun adalah kewajiban qiyadah kepada utusannya bukan sebaliknya. sekarang ini, saya (kata penulisnya) sebagai bawahan kerap membutuhkan atau dipaksa membutuhkan jawaban padahal bukan qiyadah. jadi kalaupun di provokasi dengan kalimat
Ali pernah diberi panji perang oleh rasul dalam perang khaibar. pergilah dan berperanglah hingga terbuka kemenangan bagimu dan jangan menoleh. terhadap tugas itu Ali r.a merasa belum jelas dan merasa perlu untuk mengulang pertanyaan. kemudian bertanya 'Untuk apa saya berperang?? dijawab oleh rasul
d. Membuka ruang kemungkinan dan terus mencermati
e. Mengumpulkan berbagai sudut pandang
Kalo dari perspektif surat al-hujurat ayat 6 pada kisaga h ini (http://embun-biru-laut.blogspot.com/2013/05/bongkar-isu-tabayyun-dong-1.html) tabayyun adalah kewajiban qiyadah kepada utusannya bukan sebaliknya. sekarang ini, saya (kata penulisnya) sebagai bawahan kerap membutuhkan atau dipaksa membutuhkan jawaban padahal bukan qiyadah. jadi kalaupun di provokasi dengan kalimat
"Taat itu butuh ilmu akhi! dan beliau menjawab dengan meminjam jawaban seorng ustadz " YA dan Membangkang juga membutuhkan ilmu"
Bertanya adalah bagian untuk menguatkan diri sebagai follower yang baik bagian dari untuk membuat taat, bagian pentig untuk menjadi berani, bagian penting untuk menguatkan komitmen dan bagian penting untuk meringankan jawaban dari bibir ini dihadapan Allah kelak.
Lemahnya tabayyun menurut sayyid muhammad nuh dalam bukunya Afatun alath thariq.metode tabayyun yang diulas :
a. Kembali kepada Allah, Rasulnya dan kepada mereka yang memiliki pandangan yang baik, cerdas serta argumentatif.
An-Nisaa 83. Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri[322] di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)[323]. Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).b. Berdiskusi
Kisah Hatib bin Abi Balta'ah ketika hatib diketahui mengrim surat menjelang fathu makkah yang bisa mengakibatkan fatal. tetapi rasul tetap bertanya secara deail. hatib melakukan itu karena pertimbangan keluarga. sebelum memutuskan rasul berdiskusi dengan hatib dan umar bin khatab,
c. Mendengar, mencermati dan mengevaluasi dengan baikAli pernah diberi panji perang oleh rasul dalam perang khaibar. pergilah dan berperanglah hingga terbuka kemenangan bagimu dan jangan menoleh. terhadap tugas itu Ali r.a merasa belum jelas dan merasa perlu untuk mengulang pertanyaan. kemudian bertanya 'Untuk apa saya berperang?? dijawab oleh rasul
"Berperanglah, hingga mereka bersyahadt bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Apabila mereka telah mengucapkan itu, mereka telah dilindungi hartanya, kecuali dengan haknya dan hisabnya pada Allah (HR. Bukhari)
salah satu hal yang diajarkan umar bin khatab
"Alkisah ada seorang yang memuji orang lain di suatu majelis yang umar ada didalamnya. umar bertanya ? "Apakah engkau pernah Musafir dengannya? orang itu jawab 'tidak", kemudian ditanya lagi apakah pernah bermuamalah dalam hal yang haq? dijawab lagi tidak. umar menjawab lagi , kalo begitu kamu harus diam, aku tidak melihat kamu mengenalnya.
di zaman ini kerapkali kita mendapatkan berita dari pihak yang kita tidak pernah bersamanya dalam safar dan muamalah, jadi layaklah kita mengikuti konsep umar untuk berhati-hait dan mencoba mengevaluasi berita atau statemen yang disampaikan.
Islam telah menggariskan atuan yang mampu merealisasikan makna keadilan seperti prinsip-prinsip dasar pengaduan dan pembelaan,cara-cara pembuktian dll. kita perlu melatih diri untuk tidak tergesa-gesa dan mendengar keluhan orang yang berperkara lebih dari satu kali. ini dilakukan untuk memastikan dan meguatkan suau pendapat.
Nasihat rasululah kepada Ali sebelum diutus ke Yaman:
"Sesungguhnya Allah memberi hidayah ke dalam hatimu dan memantapkan lidahmu. Bila telah ada orang bermasalah duduk di hadapanmu, jangan sekali-kali engkau memutuskan perkkara hingga engkau mendegarkan pengaduan dari lainyya sebgaimana engkau mendengarkan pengaduan dari orang pertama. sebab yang demikian itu lebih baik bagimu saat menjatuhkan keputusan (HR. Abu Daud)
Comments
Post a Comment