Lupa, Ingat, Peristiwa dan Rasa
![]() |
“Bila waktu mulai berlalu, disaat itulah dua keadaan akan mengiringi
kita. Ingatan dan lupa. Ingatan dan lupa akan menjalankan fungsinya setelah
kita memiliki durasi waktu yang kita gunakan untuk menjalani peristiwa . Dan,
itu punya dramanya sendiri yang tidak sederhana.
(Tarbawi,edisi 315)
Pernahkah hadir dalam benak kita ingin melupakan sesuatu
yang pernah terjadi atau bahkan sebaliknya ingin selalu mengingat moment indah
yang kita alami itu? Barangkali semuanya
mengalami.
Kalimat pembuka yang saya kutip diatas
berbicara tentang lupa dan ingat dalam drama kehidupan seorang manusia. Seperti
yang pernah saya tuliskan bahwa tidaklah tuhan (Allah) menciptakan segala
sesuatu itu berpasangan supaya kita mengingat kebesaranNya juga berada dalam
keseimbangan kehidupan manusia.
“Dan segala sesuatu kami
jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah
(51 :49)
Kalo mendengar kata berpasangan ,
asosiasi sebagian besar dari kita mengasosiasikan kata itu dengan sebuah
kejadian dimana bersatunya dua insan yang tentu berlawanan jenis bahasa
kerennya pernikahanlah gitu. Tapi sayang
sekali bukan ini bahasannya...
Penafsiran ayat tersebut diterangkan bahwa Ia menciptakan
segala sesuatu (segala macam kejadian) dalam bentuk yang berlawanan berlainan
dan dengan sifat yang bertentangan. Yaitu setiap sesuatu itu merupakan lawan
atau pasangan bagi yang lain. Dijadikan-Nya kebahagiaan dan kesengsaraan,
petunjuk dan kesesatan, malam dan siang, langit dan bumi, hidup dan mati,
bahkan lupa dan ingat semuanya itu dimaksudkan agar manusia ingat dan sadar
serta mengambil pelajaran dari semuanya itu. Karena Dialah yang berhak
menjadikan segala sesuatu dan memusnahkan sesuatu.[a]
Lupa, ingat, peristiwa
dan rasa. Peristiwa yang rasanya menyedihkan, menakutkan, dan menyempitkan dada
ingin kita lupakan. Namun peristiwa yang rasanya manis, indah,membahagiakan dan meluapkan
sebuah syukur ingin selalu kita ingat. Namun semua hal itu tidak ada yang buruk
salah satunya , semuanya itu baik jika kita kembalikan kepada hakikat dan
tujuan penciptaan kita. Manusia diciptakan untuk diberikan ujian, mereka
diberikan bekal tiga potensi dasar manusia yang dengan semua itu dia bisa
memilih dan ingatlah setiap apa yang dia pilih akan dia pertanggungjawabkan
kelak di pengadilan dimana mulut kita dikunci tetapi anggota badan lain yang
berbicara. Mana yang akan dia pilih syukur ataukah kufur
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) (76:2)
Lupa
dan ingat adalah karunia. Ingatan itu anugerah, tetapi jika kita ingat terlalu
banyak juga bisa menjadi masalah. Tidak perlu berpura-pura lupa, karena drama
hidup yang dihadapi dengan pura-pura lupa pasti akan menyulitkan diri sendiri [b].
Peristiwanya udah lupa sih tapi kok masih kerasa ya, atau “gue sih udah gak
apa-apa cuma gue gak akan bisa lupa kejadiannya sampe kapanun”.
Apa yang terasa dalam hatinya akan tampak dalam zhahirnya, kita tidak bisa menyangkal itu. Sekalipun peristiwa itu sudah kita lupakan dan kita berdamai dengan lupa dan peristiwa, atau kita memilih berdamai dengan ingatan dan rasanya. Itu pilihan. Tetapi sungguh ketika kau berusaha berdamai untuk lupa merasai peristiwa itu bahkan kau tututpi dari orang yang terlibat dalam peristiwa itu maka suatu kali orang yang terlibat itu tahu dan sayangnya ia diberitahu orang lain saat kau sudah berdamai dengan peristiwa itu dan lupa bagaimana rasanya, itu tidak akan mempengaruhi sikapmu terhadapnya, apalagi jika suatu saat kau bekerja bersama dalam suatu urusan dengannya. Walaupun ketika dia tahu ia akan sedikit berhati-hati bersikap denganmu.
Cukupkah menyakinkan dia bahwa kau sudah lupa bagaimana peristiwa dan rasanya hanya dengan bebicara? Aku katakan TIDAK CUKUP , kecuali kau bisa tunjukkan dengan sikapmu terlebih jika tidak bisa berkomunikasi dengan baik.Peristwa, lupa, ingat dan rasanya, itu bagian dari drama seorang anak manusia. Jadilah ahli hikmah dan bukan menjadi orang pasrah tapi milikilah himmah.
Apa yang terasa dalam hatinya akan tampak dalam zhahirnya, kita tidak bisa menyangkal itu. Sekalipun peristiwa itu sudah kita lupakan dan kita berdamai dengan lupa dan peristiwa, atau kita memilih berdamai dengan ingatan dan rasanya. Itu pilihan. Tetapi sungguh ketika kau berusaha berdamai untuk lupa merasai peristiwa itu bahkan kau tututpi dari orang yang terlibat dalam peristiwa itu maka suatu kali orang yang terlibat itu tahu dan sayangnya ia diberitahu orang lain saat kau sudah berdamai dengan peristiwa itu dan lupa bagaimana rasanya, itu tidak akan mempengaruhi sikapmu terhadapnya, apalagi jika suatu saat kau bekerja bersama dalam suatu urusan dengannya. Walaupun ketika dia tahu ia akan sedikit berhati-hati bersikap denganmu.
Cukupkah menyakinkan dia bahwa kau sudah lupa bagaimana peristiwa dan rasanya hanya dengan bebicara? Aku katakan TIDAK CUKUP , kecuali kau bisa tunjukkan dengan sikapmu terlebih jika tidak bisa berkomunikasi dengan baik.Peristwa, lupa, ingat dan rasanya, itu bagian dari drama seorang anak manusia. Jadilah ahli hikmah dan bukan menjadi orang pasrah tapi milikilah himmah.
Catatan
kaki :
[a]
Tafsir DEPAG Indonesia
[b]
Tarbawi edisi 315
Comments
Post a Comment