"Rengkuhlah Sahabat Terdekatmu"
Ketika kedua tangan ini begitu ingin mengepal dan memukul karena kesal.
Dengan pandangan heran dan ingin membantu kau dekati diriku. Ketika aku enggan untuk menceritakan padamu.
Engkau tak memaksaku. Namun aku tak tahan menyimpan ini sendirian.
Dengan malu-malu kata demi kata meluncur juga dari mulutku, awalnya malu-malu kesininya jadi terbawa emosi.
Tak terasa kita saling merengkuh meneguhkan langkah untuk menapaki hidup.
Getaran darah yang mendesir di sekujur tubuh ini ketika kau dekap aku erat ketika isak tangis mulai terdengar, setelah sekian lama kita bersahabat belum pernah kita berpelukan dengan saling meneguhkan masing-masing.
Ada persaaan takut kehilangan ada perasaan sayang yang begitu mendalam.
Maafkan aku jika aku selalu mencari teman yang jauh padahal sahabatku yang perhatian ada didekatku dekat sekali dengan kehidupanku.
IBU…
sahabat terdekatku yang selalu terlupakan yang kadang lupa untuk diberikan pelukan hangat yang kadang lupa untuk diberi kata-kata sayang yang terkadang lupa untuk dikasih hadiah. Yang dikala usia senjanya ingin sekali ditemani canda tawa anak cucunya, yang di usia senjanya ingin sekali istirahat dari aktivitas selama ini, yang ingin anak-anaknya sukses tanpa melupakannya.
Ia tidak ingin berada dalam kamar ukuran 5 x 6 yang hanya ditemani sebuah tempat tidur dan orang-orang jompo lainnya.
Sudah berapa lama kita berkutat dengan aktivitas diluar rumah.
Berapa lama kita tak mencium keningnya, dan berapa lama pula kita tak ingat kapan terakhir kali ia menerima kado ulang tahun dari kita.
IBU sosok paling teguh yang pernah kutemui, walau terkadang sebuah ketidakbanggaan muncul dari sosokmu, namun jasamu tak bisa tergantikan apapun.
Kesabaranmu luar biasa
Keteguhanmu menapaki hidup sungguh tak terkira.
Kini anak-anak yang kau lahirkan ingin kau bahagia
Menghadapi usia senja yang pasti adanya
Bolehlah lisan ini menyanjungmu
Bolehlah tangan ini melindungimu
Bahkan teramat boleh jika diri ini hidup mempertaruhkanmu.
Dengan pandangan heran dan ingin membantu kau dekati diriku. Ketika aku enggan untuk menceritakan padamu.
Engkau tak memaksaku. Namun aku tak tahan menyimpan ini sendirian.
Dengan malu-malu kata demi kata meluncur juga dari mulutku, awalnya malu-malu kesininya jadi terbawa emosi.
Tak terasa kita saling merengkuh meneguhkan langkah untuk menapaki hidup.
Getaran darah yang mendesir di sekujur tubuh ini ketika kau dekap aku erat ketika isak tangis mulai terdengar, setelah sekian lama kita bersahabat belum pernah kita berpelukan dengan saling meneguhkan masing-masing.
Ada persaaan takut kehilangan ada perasaan sayang yang begitu mendalam.
Maafkan aku jika aku selalu mencari teman yang jauh padahal sahabatku yang perhatian ada didekatku dekat sekali dengan kehidupanku.
IBU…
sahabat terdekatku yang selalu terlupakan yang kadang lupa untuk diberikan pelukan hangat yang kadang lupa untuk diberi kata-kata sayang yang terkadang lupa untuk dikasih hadiah. Yang dikala usia senjanya ingin sekali ditemani canda tawa anak cucunya, yang di usia senjanya ingin sekali istirahat dari aktivitas selama ini, yang ingin anak-anaknya sukses tanpa melupakannya.
Ia tidak ingin berada dalam kamar ukuran 5 x 6 yang hanya ditemani sebuah tempat tidur dan orang-orang jompo lainnya.
Sudah berapa lama kita berkutat dengan aktivitas diluar rumah.
Berapa lama kita tak mencium keningnya, dan berapa lama pula kita tak ingat kapan terakhir kali ia menerima kado ulang tahun dari kita.
IBU sosok paling teguh yang pernah kutemui, walau terkadang sebuah ketidakbanggaan muncul dari sosokmu, namun jasamu tak bisa tergantikan apapun.
Kesabaranmu luar biasa
Keteguhanmu menapaki hidup sungguh tak terkira.
Kini anak-anak yang kau lahirkan ingin kau bahagia
Menghadapi usia senja yang pasti adanya
Bolehlah lisan ini menyanjungmu
Bolehlah tangan ini melindungimu
Bahkan teramat boleh jika diri ini hidup mempertaruhkanmu.
Comments
Post a Comment