Ia dan Anak Perempuannya
![]() |
link dari sini |
Di beberapa kalimat yang tercipta sosok itu kerap menjadi
ide untuk ku tuturkan
Bagaimana sosok ini menempati ruang dalam kehidupan anak
perempuannya.
Bukan berarti aku tak punya ingatan tentang sosok nan
tangguh yang dalam keadan lemah yang bertambah-tambah mengandung hingga usiaku
saat ini bisa mencicipi rasanya dunia.
Ini tentang Kedekatan seorang anak perempuan dengan sosok
yang kelak harus merelakan memindahkan tanggungjawabnya.
Lahir di keluarga yang anak pertama hingga ketiga berjenis
kelamin perempuan tak serta merta melupakannya untuk memberikan satu nilai.
Tanggung jawab dan kemandirian, begitulah anak-anak
perempuannya ini diajari.
Masa kanak-kanak beranjak menuju dewasa, ia mulai dengan
jelas mengucapkan dan menanamkan rasa tanggungjawab itu.
Tanggung jawab atas pilihan yang diambil dan konsekuensi
yang harus dijalankan.
Anak pertama punya tanggungjawab mengambil peran untuk
kelangsungan adik yang berada di bawahnya. Anak kedua pun demikian hal-nya
Sehingga kelak dengan cara seperti itu, meminimalisir
kecemburuan dan meningkatkan ikatan rasa persaudaraan kami. Dan semoga kelak
bertemu di akhirat sebagai saudara.
Kami diajari untuk mandiri, ia hanya memberikan alat yang
kami perlukan dan silahkan gunakan sesuai dengan yang dibutuhkan. Agar anak
perempuanmu bisa survive dalam kondisi apapun..
Sesekali kau biarkan anak perempuanmu namun disudut lain
justru yang lebih khawatir adalah engkau. Dibandingkan anak perempuanmu
sendiri, namun selalu tak kau tampakkan
Saat usia sekolah lepas dari itu masuk kuliah lepas dari itu
lulus dan jadi sarjana selepas itu selalu saja fase itu kamu khawatirkan untuk
anak permpuanmu.
Bahkan anak perempuannya ini belajar darinya apa itu makhluk
bernama laki-laki. Kelak ketika trlibat dalam interaksi sosial yang harus
dillakukan, anak perempuannya ini tahu bagaimana harus menempatkan diri dan
menyikapi mereka. Katanya kaum kalian ini suka perhatian, jadi kamu biasa aja
nanggepinya yak ujar engkau pada anak perempuamu. Kelak anak perempuannya ini
harus tahu bagaiman bersikap dengan kaum seperti ia.
Saat kau harus rela melepaskan dan mempercayakan
tanggungjawab terhadap anak perempuanmu, saat kau ucapkan kalimat perjanjian
itu. Dalam suatu ikar yang mengguncangkan arsy karena keagungan dari ikrar
tersebut, lepaslah sudah. engkau hanya bisa menahan tegar dan bersiap dengan
kesepian saat masa itu tiba.
Ayah....
Anak perempuanmu belajar bagaimana kelak harus mengormati golongan kaummu
Ibu...
Anak perempuanku belajar bagaiman harus taat pada sosok sepertinya... :-)
Comments
Post a Comment