Mereka yang berada di bulan Juni-Juli
Derap langkah kaki, deru kendaraan bermesin dan lautan warna yang
serupa kau tunjukkan pada dunia.
Disebuah belahan dunia yang kini tengah hingar bingar dengan sebuah
kosakata ‘suara’
Disebuah belahan dunia yang kita sebut saja tanah air bumi pertiwi
sebuah negara.
Ada diantara mereka yang ingin merebut kuasa atau memperjuangkan hak
bahkan mengambil suara dan menduduki kursi. Lalu yang manakah kalian?
Tidak lain tidak bukan karena rasa kecintaan, kalian perjuangkan dengan
apapun yang kalian punya.
Aku tak hendak bicara tentang kekuasaan, aku ingin berbicara tentang
kecintaan.
Kecintaan yang mengakar yang tidak bisa dilakukan hanya dengan
diberikan sebuah jabatan.
Namun lebih dari itu kecintaan akan sebuah perjuangan yang bukan hanya
sekedar pencitraan dan juga pengorbanan yang karbitan.
Ada media sosial bayaran yang bertugas mengeluarkan pujian dan tak
jarang pula cacian dan makian.
Mulut-mulut itu berbicara lewat rangkain huruf yang ia ciptakan tak
terdengar namun nampak dalam pandangan.
Namun ada relawan-relawan santun yang kadang tegas dan lembut dalam
menyampaikan saran higga kebenaran.
Slogan-slogan itu adalah bukti keyakinan kuat mereka untuk melakukan
hal tersebut. Mereka yang sampai menangis karena tidak tahu atau bahkan tidak
punya apa-apa untuk mereka gunakan agar kelak mereka bisa memberikan bukti
bahwa mereka punya keterlibatan dalam peperangan.
Ibarat tangan terjepit pintu, baju nyangkut dipaku hingga sobek, kepala
kejedot dan kaki pun terantuk kayu pintu,bahkan mulutpun mengaduh pilu karena
kejadian itu berada dalam satu waktu.
Ahhh....namun dasar kamu punya hati yang entah lebih kuat dari baja
sepertinya, telingamu masih bisa mndengar gedoran semangat,hatimu masih punya
keinginan dan otakmu masih bisa berpikir lantas bangkitlah, buktikan pada
lawanmu. Kamu akan masih bertahan dalam terjangan hal-hal seperti itu.
Kau gempitakan pandangan orang dengan kobaran semangatmu, dengan
pengorbanan tulusmu. Kau tebarkan pesona kegigihanmu di hari pelaksanaan itu,
kau bermain dengan gembir hingga ‘suara’ itu membentuk angka kuantitatifnya.
Sekali lagi ada yang menjerit bukan menjerit pilu namun menjerit geram
yang semakin meningkatkan rasa perjuangan. Bahkan hingga kini kalian belum
istirahat karena sekali saja lengah mereka yang picik itu tak segan berupaya
apapun.
Entahlah kemana perginya
kepintaran orang-orang itu, jika kesalahan hitung biasanya satuan maka
kesalahan ini mencapai pada puluhan. Oohh mungkin harus ada seleksi menghitung
penjumlahan dengan benar.
Kita diuntungkan dengan sebuah mesin pintar yang membangun opini namun
sayang penggunanya yang kurang pinter.
Di ruang-ruang itu mereka masi berjibaku dengan kertas dengan punggung
yang mungkin sudah semakin membungkuk, namun kobaran semangat untuk melawan
kebathilan dengan kebenaran yang minimal seimbang dan bahkan bisa jadi lebih
besar harus terus dikobarkan. Mereka bekerja untukmu, dihantam dan dijegal,
namun mereka ingin jadi hatinya, otaknya dan punggungnya indonesia.
*seseorang yang belum maksimal berbuat
membersamai mereka
Comments
Post a Comment