Apakah kita para aktivis ???
Al Imam Hasan al Banna telah menyatakan di dalam tajuk ‘Apakah kita para aktivis?”
Namun ini yang kadang ada dilapangan :
Melahirkan tokoh-tokoh sebagai pelopor. setiap fase memang memiliki perannya masing-masing.
ada yang terlena dengan mempertahankan sesuatu yang sudah dibentuk dan memiliki kualitas tapi susah membentuk yang baru. akhirnya terlontar "minim kader"
Ada yang pandai mencetak tetapi fase selanjutnya tidak dijalankan ya..dia dibiarkan tak pernah ditingkatkan kapasitasnya atau krna terkendala administrasi dia dianggurkan. #Evaluasi
Maka bersabarlah dalam menjalani setiap proses itu. yah beramal jama'i itu dan setiap orang harus mencintai setiap pekerjaannya.
Al
Imam Hasan al Banna juga telah mencurahkan rasa hatinya terhadap dakwah
dan umat ini dengan ungkapn yang sangat menyentuh hati sebagaimana yang
dicatatkan di bawah ini”
"Saya berkeyakinan bahawa sebaik-baik jiwa dalam memahami hakikat kebahagiaan, tolok ukurnya adalah sejauhmana ia dapat membahagiakan umat manusia dan dapat memberikan bimbingan kepada mereka. Adapun perasaan gembiranya juga bergantung kepada sejauhmana ia mampu menggembirakan mereka dan memberikan perlindungan kepadanya.
Berkorban dalam rangka melakukan islah yang bersifat umum akan dihitung sebagai keuntungan dan ghanimah. Berjihad di jalan kebenaran dan petunjuk - sekalipun begitu sukar jalannya merupakan hiburan dan kenikmatan.
Ia menembus ke dalaman hati sehingga dapat merasakan berbagai penyakit yang bersarang di dalamnya. Ia berada di tengah-tengah masyarakat sehingga dapat berkenalan dengan berbagai hal yang mengeruhkan beningnya kehidupan dan kebahagiaan mereka, selain mengenali juga apa-apa yang dapat menambah bening dan melipatgandakan kebahagiaannya itu. Tidak ada yang dapat membawa ke sana selain rasa cinta kasih terhadap umat manusia, lemah lembut terhadap mereka, dan keinginan yang kuat untuk mempersembahkan kebajikan bagi mereka.
Kemudian ia harus berupaya agar hati yang sakit dapat sembuh, dada yang sesak dapat menjadi lapang dan terbuka, dan jiwa yang terbelenggu dapat kembali bebas. Ia tidak melihat saat yang lebih membahagiakan melebihi kebahagiaannya ketika ia dapat menyelamatkan umat manusia, lemah lembut terhadap mereka, dan keinginan yang kuat untuk mem-persembahkan kebajikan bagi mereka.
Kemudian ia harus berupaya agar hati yang sakit dapat sembuh, dada yang sesak dapat menjadi lapang dan terbuka, dan jiwa yang terbelenggu dapat kemabli bebas. Ia tidak melihat saat yang lebih membahagiakan melebihi kebahagiaannya ketika ia dapat menyelamatkan umat manusia dari jurang kesengsaraan yang abadi mahupun sesaat, lalu dapat memberikan petunjuk kepadanya ke jalan istiqomah dan kebahagiaan"
Comments
Post a Comment